dan teruntuk itu
dengan segala kerendahan dan ketulusan hati
aku ingin
mengatakan maaf aku tidak peduli........
Apa kau menyukai senja dengan
jingganya? Tentu saja, itu terlihat
indah dan bahkan diburu oleh sebagian besar orang-orang, diabadikan, lalu
diberi caption manis bertujuan memukau dalam kata. Lantas bagaimana dengan ku,
apakah aku juga menyukai senja, tentu saja tidak. Bagiku senja adalah hal biasa
yang tidak perlu di agungkan, tidak setuju? Hak mu, maka biarkan ku kupas
sedikit tentang senja.
Lalu kenapa kau terlalu mengagungkan
senja? karena ufuk baratnyakah, karena jingganya, atau karena itu sesaat?. Ahh
kau bisa menggunakan semua alasan puitismu dalam mengagungkan senja dan akan
kau pakai untuk mencumbu rayu dalam kata, seakan itu hal paling romantis ketika
kau ucap untuk merayu. Padahal andainya kau tahu dalam sudut pandang bodohku kau
adalah makhluk hina jika dirayu dengan kata senja apalagi jika kau dibilang seperti
senja, dimana letak indahmu jika itu membutuhkan kondisi ya kondisi untuk
mendapatkan senja ideal bagi pecintanya itu harus dalam kondisi langit cerah
dengan sedikit awan. Pertanyaanya, lalu bagaimana jika langit mendung masihkah
senjamu agung?. Lalu kau kembali dengan cerita itu menunggu senja agungmu datang
diwaktu yang setiap hari sama dan datang secepat dia pergi. Sesaat, ya apakah
karena itu hal yang sesaat lalu kau anggap itu berharga. Mungkin seperti ini ada
hal yang sebenarnya lebih telah kau dapatkan, lalu kau lihat sesuatu yang belum
tentu lebih berharga tapi kau begitu terpukau karena itu tidak ada bagimu dan
kau ingin mendapatkannya padahal itu sebenarnya lebih berharga bagimu. Aku
contohkan siang, haruskah siang itu juga sesaat dan dengan begitu kau akan lebih
menunggu siang lalu mengejarnya seperti kau mengejar senjamu yang agung? ahh aku
tak paham, kau terpukau dengan rayuan senja lalu hatimu luluh, kemudian hancur
karena dia datang secepat dia pergi. Hahaha tidak perlu hancur itu hal yang
wajar karena engkau senjanya, sekali lagi ku tanya masihkah kau mengagungkan senja dan
tergoda olehnya. Aku skeptis atau sentimen ucapmu, ku bilang itu hakmu dalam
menilai, bukankah kita masin-masing punya hak asasi manusia yang setara, sekali
lagi ku ucapkan maaf aku tidak peduli...
Lalu bagaimana caraku dalam mencumbu
kata, tidak seagung senjamu. Ketika aku terpukau, aku akan bilang itu, dia,
anda, kalian seperti buah pikirku. Kau bertanya mana nilai eksotisnya, ku jawab
tidak ada nilai eksotis tapi buah pikirku itu muncul tidak pernah dalam waktu
tetap, dia tidak perlu kondisi untuk datang dan kau tahu dia bisa mencerahkan
tanpa cahaya bahkan cahaya jingga senjamu. Dia indah karena dia ada dan dia
tidak akan pergi secepat datangnya, berarti indahku butuh alasan ucap mu, tentu
saja. Bahkan dunia tercipta oleh Pencipta dengan alasan, naif sekali aku jika ku
bilang indahku tidak butuh alasan...
Dari aku yang tidak pernah menggunakan
kata senja untuk mendapatkan perhatian mu dan dari aku yang tidak akan pernah
pergi secepat datangnya, dan kuyakin kau tahu itu...
Hanya
hamba
fatahillah
Bagiku senja itu indah namun juga memberi bekas luka dalam dada. bersama senjalah aku dan dia dapat bahagia hingga malam. Namun bersama senjalah aku dan dia harus berakhir dalam kata cinta. Senja, andainya senja tidak ada. Maka tak akan pernah aku rasakan keindahan disore hari bersamanya, namun aku bahagia jika senja tidak ada karena cinta ini tidak perlu berakhir dalam senja disore hari.
BalasHapusSetiap senja selalu menjanjikan kita a new dawn"🙂
BalasHapus