Maaf Para Pecinta Senja | Dari Fatahillah - Diallogi

HEADLINE

Post Top Ad

<>

Kamis, 21 November 2019

Maaf Para Pecinta Senja | Dari Fatahillah

Foto: kupang.tribunnews.com
p.s: tulisan ini akan menyinggung sebagian besar maniak senja
dan teruntuk itu dengan segala kerendahan dan ketulusan hati
aku ingin mengatakan maaf aku tidak peduli........
Apa kau menyukai senja dengan jingganya?  Tentu saja, itu terlihat indah dan bahkan diburu oleh sebagian besar orang-orang, diabadikan, lalu diberi caption manis bertujuan memukau dalam kata. Lantas bagaimana dengan ku, apakah aku juga menyukai senja, tentu saja tidak. Bagiku senja adalah hal biasa yang tidak perlu di agungkan, tidak setuju? Hak mu, maka biarkan ku kupas sedikit tentang senja.
Lalu kenapa kau terlalu mengagungkan senja? karena ufuk baratnyakah, karena jingganya, atau karena itu sesaat?.  Ahh kau bisa menggunakan semua alasan puitismu dalam mengagungkan senja dan akan kau pakai untuk mencumbu rayu dalam kata, seakan itu hal paling romantis ketika kau ucap untuk merayu.  Padahal andainya kau tahu dalam sudut pandang bodohku kau adalah makhluk hina jika dirayu dengan kata senja apalagi jika kau dibilang seperti senja, dimana letak indahmu jika itu membutuhkan kondisi ya kondisi untuk mendapatkan senja ideal bagi pecintanya itu harus dalam kondisi langit cerah dengan sedikit awan.  Pertanyaanya, lalu bagaimana jika langit mendung masihkah senjamu agung?. Lalu kau kembali dengan cerita itu menunggu senja agungmu datang diwaktu yang setiap hari sama dan datang secepat dia pergi. Sesaat, ya apakah karena itu hal yang sesaat lalu kau anggap itu berharga. Mungkin seperti ini ada hal yang sebenarnya lebih telah kau dapatkan, lalu kau lihat sesuatu yang belum tentu lebih berharga tapi kau begitu terpukau karena itu tidak ada bagimu dan kau ingin mendapatkannya padahal itu sebenarnya lebih berharga bagimu. Aku contohkan siang, haruskah siang itu juga sesaat dan dengan begitu kau akan lebih menunggu siang lalu mengejarnya seperti kau mengejar senjamu yang agung? ahh aku tak paham, kau terpukau dengan rayuan senja lalu hatimu luluh, kemudian hancur karena dia datang secepat dia pergi. Hahaha tidak perlu hancur itu hal yang wajar karena engkau senjanya, sekali lagi ku tanya masihkah kau mengagungkan senja dan tergoda olehnya. Aku skeptis atau sentimen ucapmu, ku bilang itu hakmu dalam menilai, bukankah kita masin-masing punya hak asasi manusia yang setara, sekali lagi ku ucapkan maaf aku tidak peduli...
Lalu bagaimana caraku dalam mencumbu kata, tidak seagung senjamu. Ketika aku terpukau, aku akan bilang itu, dia, anda, kalian seperti buah pikirku. Kau bertanya mana nilai eksotisnya, ku jawab tidak ada nilai eksotis tapi buah pikirku itu muncul tidak pernah dalam waktu tetap, dia tidak perlu kondisi untuk datang dan kau tahu dia bisa mencerahkan tanpa cahaya bahkan cahaya jingga senjamu. Dia indah karena dia ada dan dia tidak akan pergi secepat datangnya, berarti indahku butuh alasan ucap mu, tentu saja. Bahkan dunia tercipta oleh Pencipta dengan alasan, naif sekali aku jika ku bilang indahku tidak butuh alasan...
Dari aku yang tidak pernah menggunakan kata senja untuk mendapatkan perhatian mu dan dari aku yang tidak akan pernah pergi secepat datangnya, dan kuyakin kau tahu itu...
Hanya hamba


fatahillah

2 komentar:

  1. Bagiku senja itu indah namun juga memberi bekas luka dalam dada. bersama senjalah aku dan dia dapat bahagia hingga malam. Namun bersama senjalah aku dan dia harus berakhir dalam kata cinta. Senja, andainya senja tidak ada. Maka tak akan pernah aku rasakan keindahan disore hari bersamanya, namun aku bahagia jika senja tidak ada karena cinta ini tidak perlu berakhir dalam senja disore hari.

    BalasHapus
  2. Setiap senja selalu menjanjikan kita a new dawn"🙂

    BalasHapus

Post Top Ad

<>