Hey kalian-kalian teman seperjuangan...
pernah
gak sih pergi berkegiatan terus lupa makan? Lalu dipertengahan kegiatan itu
perut kalian berbunyi seakan berteriak “beri
aku makan sekarang, berikannn, ayo berikan”. Ah rasanya tidak selebay itu
kan ya. Tapi ngomong-ngomong, kok bisa ya kita ngerasa lapar?
Jadi gini sobat, ada beberapa alasan mengapa
kita bisa merasakan lapar, yang pertama adalah karna adanya “Sinyal dari Lambung”. Ceritanya pada
sekitar tahun 1912 ada Walter Canon
dan A.L. Wishburn yang melakukan
eksperimen untuk mengungkapkan asosiasi
antara kontraksi perut dan rasa lapar. Nah dari berbagai eksperimennya ini,
mereka menyimpulkan bahwa timbulnya rasa lapar adalah akibat dari aktivitas
dalam lambung.
Yang kedua adalah karna adanya senyawa kimia dalam darah sobat.
Senyawa-senyawa tersebut adalah glukosa,
insulin dan leptin.
Para sobat semua rasanya udah pada tahu ya
kalau glukosa atau gula darah itu merupakan salah satu faktor penting
yang mempengaruhi rasa lapar. Karena apa coba? Karena dia? Duh bukannn... tapi
karena otak mendapatkan energinya dari sana. Jadi ga heran juga kan, kadang
kalau lagi belajar cepat betul ngerasa laparnya, dan salah satu alasannya ya
itu tadi sobat. Kalau insulin tahu kan ya, iyaa yang
ngatur kadar gula darah, jadi yang gula darahnya berlebih tuh bakalan disimpen
di sel- sel sebagai lemak karbohidrat. Itulah yang menjadi salah satu alasan
mengapa saat seseorang mendapat suntikan insulin akan merasakan rasa lapar bahkan
sangat lapar karena kadar gulanya tadi diturunkan secara drastis. Dan senyawa
yang berikutnya adalah leptin yang berhubungan sama rasa
puas, dimana saat protein dilepaskan oleh sel-sel lemak maka akan menurunkan
jumlah makanan yang diambil dan meningkatkan pengeluaran energi. Oh iya sobat,
kadar konsentrasi leptin ini juga biasanya dikaitkan dengan berat badan loh,
dan para peneliti juga tertarik untuk melihat lebih jauh, apakah gangguan pada
leptin ini dapat menjelaskan obesitas yang terjadi pada seseorang.
Lalu apa untungya sih kita tahu ini? Ya
setidaknya kita jadi tahu dan bisa mengontrol apa yang harus kita makan
sobat, karena akhirnya hal tersebut akan
berpengaruh pada perilaku makan kita. Sebagaimana Judith Cohen menyatakan ketika kita makan seperti karbohidrat
kompleks kayak sereal, roti, maka insulin akan meningkat, namun kemudian juga
akan menurun secara bertahap. Maksudnya gini, sehingga saat kita mengonsumsi
makanan dengan gula sederhana seperti permen, minuman manis, maka iya insulin akan
meningkat namun juga akan langsung menurun dengan cepat. Loh kenapa? Ya kan itu
Cuma gula sederhana dan bukan karbohidrat kompleks. Konsekuensinya adalah,
itulah yang membuat kita merasa lapar lagi dan ingin makan lagi dalam waktu
yang cepat. So, kesimpulannya adalah apa yang kita makan pada satu waktu
tertentu akan mempengaruhi seberapa banyak kita akan makan pada waktu
berikutnya.
Terakhir yang bisa mempengaruhi rasa lapar
atau kenyang yaitu adanya proses-proses
dalam otak. Ada yang masih ingat dengan pelajaran biologi tentang bagian
otak mana yang mengatur tentang nafsu makan? Termasuk juga rasa lapar? Iyapp
sobat, jawabannya Hipotalamus. Spesifiknya, ada dua wilayah dalam hipotalamus
yang membahas akan hal ini. Pertama, Hipotalamus lateral yang terlibat
untuk meransang kita menyantap makanan, atau memunculkan gairah kita untuk
melakukan aktivitas yang namanya makan saat lapar. Kedua, Hipotalamus ventromedial yang
terlibat ketika kita sudah merasa kenyang dan mengakhiri rasa lapar, sehingga
saat kita sudah makan maka rasa lapar perlahan akan mulai berkurang dan
kemudian memunculkan sinyal untuk membatasi makanan yang ingin kita makan.
Bahkan dikatakan pula nih sobat, kalau otak tidak hanya menerima pesan tentang
seberapa kita kenyang, tetapi juga perihal seberapa banyak kandungan gizi dalam
makanan yang kita makan. Jadi itulah alasannya mengapa saat kita menyantap
makanan yang kaya nutrisi akan membuat kita cepat merasa kenyang (menghentikan
rasa lapar) sama halnya dengan saat kita mengkonsumsi air.
Apakah hanya itu? Emm beberapa ahli sih bilang
sobat kalau ada bagian lain dari otak yang juga berperan dalam rasa lapar,
sehingga mereka mencoba melihat lagi tuh, menelisik lebih dalam untuk
mengetahui apakah neurotransmiter (senyawa
kimia yang membawa informasi dari satu saraf ke saraf lain) dan sirkuit saraf (kelompok saraf yang
terlibat dalam bagian otak) memang berperan akan hal ini.
Karakteristik
Perilaku Makan
Diyakini atau tidak sih sobat, kadang ada
beberapa faktor yang membuat kita ingin terus makan, makan banyak atau malah
sedikit makan dan tidak makan sama sekali. Masih ragu? Coba deh kita refleksi
ya, kalian pernah galau? Sedih putus cinta? Stress karna banyak tugas? Lalu apa
yang biasanya kalian lakukan? Iya diantara banyak hal, salah satunya adalah
makan kan? Makan coklat, ice cream, dan banyak makanan enak
lainnya dengan niat ingin meremajakan diri untuk menghilangkan kegalauan,
stress atau sedih. Namun tak jarang disamping kesemuanya itu, juga membuat
kalian malah tidak berselera untuk makan. Ya memang begitulah cara kerjanya,
manusia itu kompleks sobat, sehingga untuk satu bagian saja seperti ini
(keadaan emosional) dapat mempengaruhi perilaku lainnya yang akan kita lakukan.
Tidak hanya itu, adanya faktor kognitif dan
budaya juga ikut mempengaruhi tentang bagaimana perilaku makan kita lohh. Ga
percaya? Contohnya aja gini, kita kan sering tuh ya mengasosiasikan makanan
dengan tempat dan waktu seperti saat sedang melakukan aktivitas menonton atau
sedang kumpul bersama dengan orang-orang terdekat. Kita akan merasa ada yang
kurang jika menonton tidak sambil makan, tidak sambil mengunyah, tidak sambil
ngemil lah pokoknya, begitupun saat acara kumpul-kumpul, rasanya ada yang beda
aja kalau ga makan atau ga ada sambilan makannya.
Iya atau iya? Nah dari beberapa faktor yang
disampaikan diatas, itu bisa digunakan untuk menjelaskan atau menjawab
pertanyaan mengapa sampai ada orang yang obesitas atau malah sampai mengalami
gangguan dalam makan. Dan dipenghujung kata, sekian dulu bahasan soal lapar, kenyang
dan perilaku makan ini ya sobat. Sampai jumpa di edisi lainnya. Bye-bye... (Sani Utami)
Ga nyangka sani bila nulis sebagus ini
BalasHapusTerimakasih kakak.
Hapus