S. Psi . . . Alhamdulillah SAH | Part 3 Kisah-Kasih Skripsian - Diallogi

HEADLINE

Post Top Ad

<>

Kamis, 15 Oktober 2020

S. Psi . . . Alhamdulillah SAH | Part 3 Kisah-Kasih Skripsian

Sumber Kompasiana.com
Haii…Tanpa basa-basi lagi untuk part yang terakhir ini karena nunggunya cukup lama, cus langsung aja kita awali sobat.


 Jadi dipenghujung masa kuliah waktu itu pro dan kontra dalam diri mulai menyelimuti. Rasanya masih terlalu dini untuk melepaskan status sebagai mahasiswa Psikologi UNP, rasanya masih terlalu banyak kegiatan yang belum tercapai sewaktu menjadi mahasiswa, rasanya bekal yang dimiliki juga belum cukup untuk mengakhiri kisah sebagai mahasiswa, dan pokoknya masih banyak rasa-rasa lainnya yang membuat berat untuk meninggalkan status sebagai mahasiswa.


 Ditambah keseluruhannya seakan diperkuat karena berbagai musibah seperti HP yang hilang, lalu kemudian laptop yang rusak sehingga menghambat proses pengerjaan tugas akhirku. Hanyakah alasan? Entahlah…


 Yang pasti sebab itu, otakku berpikir keras untuk berkegiatan terlebih menghasilkan. Iyap, bekerja. Lalu pertanyaan selanjutnya mau kerja apa? Jawaban diri ini bebas, yang penting kerja.

 

Setelahnya, mulai kulakukan riset loker-loker yang tersedia dimedia sosial dan pilihanku waktu itu jatuh pada 2 hal, namun yang terlaksana hanya 1 hal yaitu BAZNAS Kota Bukittinggi. Tak masalah, kalau rezeki ga kemana kok.

 

Melewati proses menghantarkan surat lamaran kerja, lulus seleksi administrasi, tes tertulis, kemudian lulus tes tertulis, wawancara, lulus tes wawancara, hingga akhirnya sah bekerja di BAZNAS dengan masa kontrak 3 bulan.

 


Semua berlalu, hingga waktunya diri berpikir untuk pulang. Ya pulang kembali ke tanggung jawab awal yaitu menyelesaikan studi sebagai mahasiswa. Karena rumah (kampus, perkuliahan dan bimbingan) sudah begitu lama terabai, dan kini sudah tiba waktunya untuk mengakhiri.

 

Di awali dengan HP baru, kemudian laptop baru (walau second), dan Bismillah berangkat dengan judul baru untuk menemui pembimbing. Mungkin setengah tahun tak bersua membuat ketakutan dalam diri ini memuncak. Jujur, memulai itu berat kawan. Terlebih kebanyakan teman satu angkatan sudah banyak yang bergelar, sedang diri masih masih sibuk untuk memulai. Namun setelah dipikir-pikir, bodo amat juga dengan orang lain. Karena jalan wisuda setiap orang itu berbeda, dan tiap kita punya cerita.

 

Satu bulan lamanya mencari fenomena, menetapkan judul, mencari dan membaca referensi, mengumpulkan bahan, hingga membuat latar belakang awal yang selesai pada akhir Agustus 2019 serta siap untuk diajukan kembali pada pembimbing.

 

Untuk sekedar kalian tahu pembimbingku adalah pak Rinaldi, S. Psi., M. Si. atau kerap disapa pak Rey. Dimana tiap bimbingan dengannya yang wajib dibawa adalah jurnal penelitian, jurnal lagi dan jurnal terus. Awalnya agak sedikit pesimis tapi juga optimis untuk menemui beliau dan berharap dalam waktu dekat bisa segera acc sempro.

 

Kenapa pesimis? Harusnya kamu sudah tahu, hampir setengah tahun lamanya tak pernah bimbingan, judul lama terasa usang dan terbuang, lalu sok-sok’an mulai dengan yang baru. “Gamasalah… lanjut aja san…,” semangat dalam diri.

 

Sambutan yang tak disangka, memulai beberapa proses kemudian judul diterima, lanjut BAB I, BAB II, BAB III dan September 2019 akhir, acc sempro didapatkan. Emang ga pernah nyangka dapat pembimbing sebaik ini dan support mahasiswa banget.

 

Alhamdulillah dengan kurang lebih sebulan berjuang menyusun proposal berakhir manis. Senengnya minta ampun dong. Pokoknya seneng banget meskipun baru sempro doang.

 

Cuss… daftar sempro, butuh waktu 2 minggu menunggu untuk hari yang ditunggu-tunggu. Selasa 15 Oktober 2019, waktu itulah momentnya untuk menebus rindu presentasi karena sudah lama sekali tidak pernah melakukannya lagi. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar dan lulus dengan sedikit revisi. BTW pengujiku saat itu adalah ibu Devi dan ibu Tari.

 

Perjalanan revisi pasca sempro pun dijalani. Usai revisian, mulailah disibukkan dengan penyusunan alat ukur. Percayalah, proses ini banyak banget ilmu yang didapetin tapi ga ada mata kuliahnya. Harus sabar, menghargai waktu, tahan ego, mau mendengarkan orang lain, dan pokoknya banyak lagi.

 

Setelah berbulan-bulan lamanya datanglah Januari 2020. Fix alat ukur, uji coba alat ukur hingga akhirnya penelitian. Penelitianku dilakukan disalah satu SMP di Kota Bukittinggi, waktu itu juga dihadapkan dengan orang-orang yang luar biasa banget baiknya seperti pak Bobby, buk Des, dan buk Nel. Jujur mereka welcome banget dan ngebantu penelitianku sampai akhir. Kepada pihak SMP 3 Bukittinggi dan kepada para siswanya yang juga kece-kece dan seru-seru makasih banyak ya… salam dari saya Sani Utami…

 

Februari selesai penelitian dan juga olah data. Kemudian mulai menyusun BAB IV dan V hingga awal maret. Di bulan yang sama juga mengharuskan diri untuk mulai bimbingan kembali dengan pembimbingku. Revisi dan revisi lagi, sampai kemudian Corona (Covid-19) datang dan menghambat proses bimbingan. Menghambat? Kan bisa online.

 

Iyap, memang kemudian bimbingan dilakukan secara online dan syukur Alhamdulillah direstui untuk sidang skripsi. Wah seneng lagi dong… kali ini beneran detik-detik sampai finish. Terimakasih diri udah sekuat dan seberjuang ini.

 

Rabu, 20 Mei 2020  sidang skripsi pun akhirnya terlaksana ditengah-tengah masa pandemi seperti ini. Ada yang berbeda dan tak seperti biasanya yang langsung bertatap muka, melainkan kami dipertemukan lewat layar zoom dengan pembimbing dan kedua penguji yang siap menguji skripsiku. Terimakasih sudah meluangkan waktunya bapak dan ibu.

 


Dihari itu juga S. Psi sudah didapatkan namun belum dipestakan saja dengan acara wisuda yang jatuh tempo pada 21 Juni 2020 dan akan dilaksanakan secara virtual juga. Sedikit kecewa, tapi ya nikmati aja, ambil hikmahnya. Mungkin benar agak terdengar miris, upacara yang kebanyakan mahasiswa impikan, sakralnya, terlebih diri ini 5 tahun kuliah dan diakhiri dengan begitu saja. Dari pagi mantengin zoom eh tiba-tiba udah resmi jadi alumni aja. Hehee, ga apalah, terima saja. Intinya satu, harus tetap bersyukur.

 


Kupikir proses ini juga menjadi salah satu trigger dalam hidupku. Terlambat wisuda bukanlah plan yang aku ingini, bukan juga target perjalanan hidup yang tertulis dalam harapku. Terlebih berada dititik ini bukan hanya tentang diri, tapi juga orang tua. Pernah ada rasa malu Sani gagal lulus 4 tahun, ada masanya iri melihat postingan teman yang sedari dulu sibuk dengan toga terlebih karirnya. Sedang diri masih merasa stagnan, terjebak dengan situasi. Tapi dilain sisi, berkat titik ini juga banyak hal-hal luar biasa yang singgah dan patut untuk aku syukuri. Mungkin saja jika seorang Sani lulus 4 tahun kejadian-kejadian itu ga akan pernah dialami, dan belum tentu juga akan menjadikan sosok Sani seperti saat sekarang ini.

 

Ya, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, “Jalan wisuda orang itu beda-beda, dan setiap kita akan punya cerita menarik dibalik ini,”. Pada titik tertentu, mungkin kamu akan paham maksudnya apa. (Sani Utami)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad

<>