Setelahnya, mulai
kulakukan riset loker-loker yang tersedia dimedia sosial dan pilihanku waktu
itu jatuh pada 2 hal, namun yang terlaksana hanya 1 hal yaitu BAZNAS Kota
Bukittinggi. Tak masalah, kalau rezeki ga kemana kok.
Melewati proses
menghantarkan surat lamaran kerja, lulus seleksi administrasi, tes tertulis,
kemudian lulus tes tertulis, wawancara, lulus tes wawancara, hingga akhirnya
sah bekerja di BAZNAS dengan masa kontrak 3 bulan.
Semua berlalu,
hingga waktunya diri berpikir untuk pulang. Ya pulang kembali ke tanggung jawab
awal yaitu menyelesaikan studi sebagai mahasiswa. Karena rumah (kampus,
perkuliahan dan bimbingan) sudah begitu lama terabai, dan kini sudah tiba
waktunya untuk mengakhiri.
Di awali dengan HP
baru, kemudian laptop baru (walau second), dan Bismillah berangkat dengan judul
baru untuk menemui pembimbing. Mungkin setengah tahun tak bersua membuat
ketakutan dalam diri ini memuncak. Jujur, memulai itu berat kawan. Terlebih
kebanyakan teman satu angkatan sudah banyak yang bergelar, sedang diri masih
masih sibuk untuk memulai. Namun setelah dipikir-pikir, bodo amat juga dengan
orang lain. Karena jalan wisuda setiap orang itu berbeda, dan tiap kita punya
cerita.
Satu bulan lamanya
mencari fenomena, menetapkan judul, mencari dan membaca referensi, mengumpulkan
bahan, hingga membuat latar belakang awal yang selesai pada akhir Agustus 2019
serta siap untuk diajukan kembali pada pembimbing.
Untuk sekedar
kalian tahu pembimbingku adalah pak Rinaldi, S. Psi., M. Si. atau kerap disapa
pak Rey. Dimana tiap bimbingan dengannya yang wajib dibawa adalah jurnal
penelitian, jurnal lagi dan jurnal terus. Awalnya agak sedikit pesimis tapi
juga optimis untuk menemui beliau dan berharap dalam waktu dekat bisa segera
acc sempro.
Kenapa pesimis?
Harusnya kamu sudah tahu, hampir setengah tahun lamanya tak pernah bimbingan,
judul lama terasa usang dan terbuang, lalu sok-sok’an mulai dengan yang baru. “Gamasalah… lanjut aja san…,” semangat
dalam diri.
Sambutan yang tak
disangka, memulai beberapa proses kemudian judul diterima, lanjut BAB I, BAB
II, BAB III dan September 2019 akhir, acc sempro didapatkan. Emang ga pernah
nyangka dapat pembimbing sebaik ini dan support mahasiswa banget.
Alhamdulillah
dengan kurang lebih sebulan berjuang menyusun proposal berakhir manis.
Senengnya minta ampun dong. Pokoknya seneng banget meskipun baru sempro doang.
Cuss… daftar
sempro, butuh waktu 2 minggu menunggu untuk hari yang ditunggu-tunggu. Selasa
15 Oktober 2019, waktu itulah momentnya untuk menebus rindu presentasi karena
sudah lama sekali tidak pernah melakukannya lagi. Alhamdulillah semuanya
berjalan lancar dan lulus dengan sedikit revisi. BTW pengujiku saat itu adalah
ibu Devi dan ibu Tari.
Perjalanan revisi
pasca sempro pun dijalani. Usai revisian, mulailah disibukkan dengan penyusunan
alat ukur. Percayalah, proses ini banyak banget ilmu yang didapetin tapi ga ada
mata kuliahnya. Harus sabar, menghargai waktu, tahan ego, mau mendengarkan
orang lain, dan pokoknya banyak lagi.
Setelah
berbulan-bulan lamanya datanglah Januari 2020. Fix alat ukur, uji coba alat
ukur hingga akhirnya penelitian. Penelitianku dilakukan disalah satu SMP di
Kota Bukittinggi, waktu itu juga dihadapkan dengan orang-orang yang luar biasa
banget baiknya seperti pak Bobby, buk Des, dan buk Nel. Jujur mereka welcome banget dan ngebantu penelitianku
sampai akhir. Kepada pihak SMP 3 Bukittinggi dan kepada para siswanya yang juga
kece-kece dan seru-seru makasih banyak ya… salam dari saya Sani Utami…
Februari selesai
penelitian dan juga olah data. Kemudian mulai menyusun BAB IV dan V hingga awal
maret. Di bulan yang sama juga mengharuskan diri untuk mulai bimbingan kembali
dengan pembimbingku. Revisi dan revisi lagi, sampai kemudian Corona (Covid-19)
datang dan menghambat proses bimbingan. Menghambat? Kan bisa online.
Iyap, memang kemudian
bimbingan dilakukan secara online dan syukur Alhamdulillah direstui untuk
sidang skripsi. Wah seneng lagi dong… kali ini beneran detik-detik sampai
finish. Terimakasih diri udah sekuat dan seberjuang ini.
Rabu, 20 Mei
2020 sidang skripsi pun akhirnya
terlaksana ditengah-tengah masa pandemi seperti ini. Ada yang berbeda dan tak
seperti biasanya yang langsung bertatap muka, melainkan kami dipertemukan lewat
layar zoom dengan pembimbing dan kedua penguji yang siap menguji skripsiku. Terimakasih
sudah meluangkan waktunya bapak dan ibu.
Dihari itu juga S.
Psi sudah didapatkan namun belum dipestakan saja dengan acara wisuda yang jatuh
tempo pada 21 Juni 2020 dan akan dilaksanakan secara virtual juga. Sedikit
kecewa, tapi ya nikmati aja, ambil hikmahnya. Mungkin benar agak terdengar
miris, upacara yang kebanyakan mahasiswa impikan, sakralnya, terlebih diri ini
5 tahun kuliah dan diakhiri dengan begitu saja. Dari pagi mantengin zoom eh
tiba-tiba udah resmi jadi alumni aja. Hehee, ga apalah, terima saja. Intinya
satu, harus tetap bersyukur.
Kupikir proses ini juga menjadi salah satu trigger dalam hidupku. Terlambat wisuda bukanlah plan yang aku ingini, bukan juga target perjalanan hidup yang tertulis dalam harapku. Terlebih berada dititik ini bukan hanya tentang diri, tapi juga orang tua. Pernah ada rasa malu Sani gagal lulus 4 tahun, ada masanya iri melihat postingan teman yang sedari dulu sibuk dengan toga terlebih karirnya. Sedang diri masih merasa stagnan, terjebak dengan situasi. Tapi dilain sisi, berkat titik ini juga banyak hal-hal luar biasa yang singgah dan patut untuk aku syukuri. Mungkin saja jika seorang Sani lulus 4 tahun kejadian-kejadian itu ga akan pernah dialami, dan belum tentu juga akan menjadikan sosok Sani seperti saat sekarang ini.
Ya, seperti yang
sudah kukatakan sebelumnya, “Jalan wisuda
orang itu beda-beda, dan setiap kita akan punya cerita menarik dibalik ini,”.
Pada titik tertentu, mungkin kamu akan paham maksudnya apa. (Sani Utami)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar